Tembi Rumah Budaya Jogja

 BEST RENT CAR INDONESIA




















Rumah Tembi, Resor Ndeso Dengan Menu Serat Centhini
 

Sebagai tempat penginapan, Rumah Tembi merupakan konsep yang unik. Seperti apa keunikannya?

"Mau disebut hotel, rasanya tidak tepat. Resor pun bukan. Tapi, ada yang menyebut RBT resor ndeso, lho. Silakan saja. Saya, sih, menyebutnya rumah saja. Yaitu rumah budaya Nah, saya mengundang orang datang ke mari untuk menikmati tidur di rumah lama, seperti menginap di rumah kakek, tapi dengan pelayanan sekelas hotel," jelas Nur.
Sebagai sebuah rumah, Nur menyebut Rumah Tembi menekankan pada keramahtamahan. "Kami berupaya sebuah center of cultural hospitality bisa dihadirkan di sini," lanjut Nur. Dengan konsep itu, armada RBT menyambut pengunjung layaknya tamu. "Namanya saja tamu, kami melayani mereka sebaik-baiknya. Termasuk soal makan. Berbeda dengan hotel, di sini tamu kami suguhi tiga kali makan, plus sore hari ada makanan ringan."
Menu yang disajikan juga bergaya masa lalu. Semua menu, kata Nur, diambil dari Serat Centhini. Maka itu, banyak menu yang terdengar unik. Misalnya saja, sega golong, nasi punar, tongseng emprit, daging angsa, sayur kluwih, sayur gori, brongkos. Minumannya pun tak kalah eksotik. Ada gula asam, sinom, dan wedang uwuh. Perlu diketahui, uwuh ini artinya sampah. Macam-macam dedaunan memang dimasukkan ke minuman ini. Rasanya memang lain dari yang lain.
Makanan ringan juga serba tradisional. Ada utri, nagasari, lemet, balok (ini sebutan khas Yogyakarta untuk ketela goreng), gemblong, kacang rebus, dan masih banyak lagi. Menu makanan, untuk nasi saja ada 40 jenis, lalu 80 jenis lauk, dan 60-an minuman.
Agar kesan tinggal di rumah lama makin terasa, kata Nur, "Kami sengaja tidak pasang teve dan telepon di masing-masing rumah." Harapan Nur, kala malam hari tiba, para tamu bisa berkumpul di ruang makan bersama yang diberi nama Pulo Segaran itu. "Makanya, makanan tidak kami antar. Para tamu berkumpul di ruang makan, sekaligus ngobrol-ngobrol dengan kami," lanjut Nur.

Stres Langsung Hilang

Soal harga menginap, relatif tidak terlalu mahal. Antara Rp 386.000 - Rp Rp 918.000, tergantung luas rumah. Yang termurah adalah Rumah Badegan seluas 74,7 meter pesegi dengan fasilitas tempat tidur panggung, pemandangan kebun, kamar mandi natural, dan AC.
Dengan konsep seperti ini, imbuh Nur, ternyata menarik minat banyak tamu. Termasuk wisawatan asing. Beberapa waktu lalu, 75 orang Jepang berbarengan datang. "Waktu itu mereka mengadakan kegiatan workshop."
Padahal, selama ini RTB tidak begitu giat berpromosi. "Cuma dari mulut ke mulut. Tak pernah lewat iklan dan sebagainya. Biasanya, setelah orang menginap di sini, mereka terkesan dengan keramahtamahan kami, lalu cerita ke temannya. Ibarat di sebuah rumah, kami memang sering menemani tamu ngobrol," ujar Maudi Maria E.Richir, PR RTB menambahkan
Maudi memberi contoh, ada satu keluarga dari Kanada yang terkesan setelah menginap di RTB. Ceritanya, "Saat sang suami ada kegiatan di luar, istri dan anaknya tinggal di rumah. Nah, ibu itu menitipkan anaknya pada kami saat mau mandi. Karyawan kami dengan senang hati menemani anaknya yang masih kecil. Nah, ibu itu sangat terkesan dan menyebut menginap di sini begitu nyaman. Suasana akrab seperti itulah yang kami tawarkan."
Masih menurut Maudi, ada lagi tamu yang merasa stresnya hilang setelah menginap di RTB. Selain untuk menginap, RTB juga menyewakan pendapa Yudonegaran untuk acara perkawinan. "Di pendapa pula, kami sering mengadakan pentas kesenian yang bisa disaksikan gratis oleh masyarakat sekitar."
Siang itu, saat duduk-duduk di ruang makan, lamat-lamat terdengar alunan gending Jawa dari tape recorder. Persis suasana di rumah eyang tempo doeloe...

Henry Ismono
Foto : Henry Ismono 




Head Office : Kiyaran, Sumberagung, Jetis, Bantul, Yogyakarta - Indonesia
Ph. 085743310169

By Rizky with